Jumat, 10 Mei 2013

bahan ajar


1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung dan sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan bahan-bahan panduan utama lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum seperti kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian.

Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap. Contohnya adalah buku bacaan, majalah, program video, leaflet, poster, dan komik pengajaran. Bahan pembelajaran ini pada umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum, tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan utamanya yaitu memberikan pendalaman dan pengayaan bagi siswa.

2. Peran Bahan Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan aktifitas dalam upaya pewujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur raw input (siswa) yang akan diproses/dibentuk kompetensinya, instrumental input (terdiri dari tujuan, materi berupa bahan ajar, media dan perangkat evaluasi) yang berfungsi sebagai perangkat yang akan memproses pembentukan kompetensi, serta perangkat lingkungan (environmental input), seperti lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, yang turut mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi.

Bahan pembelajaran dalam proses pembelajaran dengan demikian menempati posisi penting dalam proses pembelajaran, hal tersebut karena bahan ajar merupakan materi yang akan disampaikan/disajikan. Tanpa bahan ajar mustahil pembelajaran akan terwujud. Tepat tidaknya, sesuai tidaknya bahan ajar dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan akan menentukan tercapai tidaknya tidaknya tujuan kompetensi pembelajaran yang diharapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, bahan ajar merupakan inti dari kurikulum yang berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Secara lebih rinci, peran bahan ajar bagi guru, siswa dan pihak terkait:

a. Peran bahan pembelajaran bagi guru
1) Wawasan bagi guru untuk pemahaman substansi secara komprehensif
2) Sebagai bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
3) Mempermudah guru dalam mengorganisasikan pembelajaran di kelas
4) Mempermudah guru dalam penentuan metoda pembelajaran yang tepat serta sesuai kebutuhan siswa
5) Merupakan media pembelajaran
6) Mempermudah guru dalam merencanakan penilaian pembelajaran.

b. Peran bahan pembelajaran bagi siswa
1) Sebagai pegangan siswa dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai kompetensi yang dicanangkan.
2) Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri di luar yang disampaikan oleh guru di kelas.
3) Sebagai media yang dapat memberikan kesan nyata berkaitan dengan materi yang harus dikuasai.
4) Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi tertentu.
5) Mengukur keberhasilan penguasaan materi pembelajaran secara mandiri.

c. Peran pembelajaran bagi pihak terkait
1) Dapat mendorong pihak terkait untuk memfasilitasi pengadaan bahan pembelajaran yang dibutuhkan guru dan murid di sekolah.
2) Dapat meberi masukan kepada guru atau penyusun bahan pembelajaran agar bahan pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dengan segenap lingkungannya.
3) Dapat membantu dalam pemilihan dan penetapan media serta alat pembelajaran lainnya yang mendukung keberhasilan penguasaan bahan pembelajaran oleh siswa.
4) Sebagai alat pemberian reward (penghargaan) terhadap guru yang secara kreatif menyusun serta mengembangkan bahan pembelajaran.

3. Karakteristik Bahan Ajar
Suatu bahan pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri yang melekat pada bahan ajar yang disajikan (disusun) merupakan ciri khas yang membedakan antara bahan pembelajaran yang baik dengan bahan pembelajaran yang tidak baik.

Bahan pembelajaran yang baik memenuhi syarat substansial dan penyajian sebagai berikut:
a. Secara substansial bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Sesuai dengan visi dan misi sekolah
Visi merupakan wawasan jauh ke depan yang menunjukkan arah bagi pencapaian tujuan. Sedangkan misi merupakan gambaran tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh lembaga, dalam hal ini sekolah/madrasah. Visi dan misi sekolah dalam pencapaiannya diwujudkan melalui proses pembelajaran, sedangkan proses pembelajaran dibanguna diantaranya karena adanya bahan pembelajaran. Oleh karena itu bahan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan visi, misi, karena bahan pembelajaran itu sendiri merupakan sarana materi yang akan disampaikan pada siswa dalam upaya mencapai visi dan misi sekolah.

2) Sesuai dengan kurikulum
Kurikulum yang dimaksud adalah seperangkat program yang harus ditempuh siswa dalam penyelesaian pendidikannya. Paling tidak, secara sempit kurikulum meliputi aspek tujuan/kompetensi, indikator hasil materi, metoda dan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar, dalam hal ini merupakan pengembangan materi pembelajaran hendaknya senantiasa sesuai dengan tujuan/kompetensi, materi dan indikator keberhasilan.

3) Menganut azas ilmiah
Ilmiah yang dimaksud adalah bahan ajar tersebt disusun dan disajikan secara sistematis (terurai dengan baik) metodologis (sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan).

4) Sesuai dengan kebutuhan siswa
Bahan ajar merupakan hal yang harus dicerna dan dikuasai siswa. Dengan demikian bahan ajar disusun semata-mata untuk kepentingan siswa. Oleh karena itu, maka bahan ajar yang disusun hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, yaitu sesuai dengan tingkat berpikir, minat, latar sosial budaya dimana siswa itu berada.

b. Memenuhi kriteria penyajian, yang meliputi:
1) Memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi
Bahan pembelajaran yang disusun hendaknya memiliki derajat keterbacaan yang tinggi, dalam arti bahasa yang disajikan menggunakan struktur kalimat dan kosa kata yang baik, bentuk kalimat sesuai tata bahasa, dan isi pesan yang disampaikan melalui huruf, gambar, photo dan ilustrasi lainnya memiliki kebermaknaan yang tinggi.

2) Penyajian format dan fisik bahan pembelajaran yang menarik
Format dan fisik bahan pembelajaran juga harus diperhatikan. Format dan fisik buku ini berkaitan dengan tata letak (layout), penggunaan model dan ukuran huruf, warna, gambar komposisi, kualitas dan ukuran kertas, penjilidan, dsb. Format dan fisik bahan ajar sebenarnya merupakan tanggung jawab penerbit (bila bahan ajar tersebut diterbitkan), tetapi sebaiknya penulis memiliki gagasan bagaimana format dan fisik bahan ajar yang diinginkan.
  permalink berikut: http://jaririndu.blogspot.com/2011/09/definisi-bahan-ajar.html


Assesment Kinerja


1.1.   Pengertian
Assesment kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut.
Assesment kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut.
Secara sederhana asesmen ini menilai proses perolehan, penerapan pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk. (Brualdy, 1998) Dalam asesmen kinerja, evaluasi tidak dilakukan dengan menyuruh peserta didik menjawab atau memilih jawaban dari sederetan kemungkinan jawaban yang tersedia akan tetapi peserta didik diharuskan menjelaskan dengan kata-kata atau caranya sendiri yang dapat menunjukkan penguasaannya terhadap suatu hal atau peristiwa.
1.2.   Tujuan Assesment Kinerja
Performance assessment  bertujuan untuk mengetahui seberapa baik subyek belajar telah mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan sasaran pembelajaran yang telah ditentukan dan berfokus pada penilaian secara langsung yakni dalam arti langsung dari kinerja atau apa yang ditampilkan oleh peserta didik, berlangsung kontinyu, dengan mengkaitkannya  dengan berbagai permasalahan nyata yang dihadapi peserta didik.
1.3.   Komponen Assesment Kinerja
Terdapat tiga komponen utama dalam assesment kinerja, yaitu tugas kinerja, rubric performansi, dan cara penilaian.

1.      Tugas Kinerja (Performance Task)
Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Contoh Tugas dalam Pembuatan assesment kinerja dalam bidang TI adalah sebagai berikut.
Lakukanlah penelitian sederhana mengenai gangguan worm terhadap pengaruh kinerja komputer dan keruasakan system yang diakibatkannya, lakukan kegiatan dengan melakukan survei kepada beberapa user komputer yang sering mengalami gangguan terhadap worm . Anda dapat memilih satu atau semua faktor yang memungkinkan wormtersebut dapat menginfeksi komputer :
1.      Internet
2.      Media penyimpanan data
Tugas ini meliputi :
1.      Pengembangan rancangan penelitian (termasuk proposal sederhana)
2.      Pengembangan instrument yang diperlukan untuk mengumpulkan data
3.      Pengumpulan data
4.      Analisis data
5.      Penulisan laporan penelitian
6.      Penyampaian laporan secara lisan dalam suatu seminar kelas

2.      Rubrik Performansi (Performance Rubrics)
Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Rubrik adalah kunci penskoran yang menggambarkan berbagai tingkat kualitas kemampuan dari yang sempurna sampai yang kurang untuk menilai satu tugas, keterampilan, proyek, esai, laporan penelitian, atau kinerja spesifik. Contoh rubric berdasarkan tugas kinerja diatas adalah sebagai berikut.

FORMAT PENSKORAN
ASSESMENT KINERJA

IDENTITAS MAHASISWA
Nama Siswa                     :
No Absen                        :
Kelas                                :

TUGAS YANG DIBERIKAN
Judul Tugas                     :
Tugas ke                          :
Tgl/jangka waktu tugas   :

No
Standar
Skor/Skala
1.
Penggunann pengembangan rancangan penelitian yang tepat
      1      2      3      4
2.
Pemilihan instrument yang tepat diperlukan untuk mengumpulkan data
     1      2      3      4
3.
Metode pengumpulan data yang digunakan
     1      2      3      4
4.
Analisis data yang dilakukan
     1      2      3      4
5.
Kerapian penulisan laporan penelitian
     1      2      3      4
6.
Cara penyampaian laporan secara lisan
     1      2      3      4

Rubrik merupakan wujud assesment kinerja yang dapat diartikan sebagai kriteria penilaian yang bermanfaat membantu guru untuk menentukan tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan. Sebagai kriteria dan alat penskoran rubric terdiri dari senarai yaitu daftar kriteria yang diwujudkan dengan dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk.


Holistik Rubrik
RUBRIK
Nama Siswa                  :                     
Kelas                              :
No. absen                      :
Mata Pelajaran             :
Materi                            : (Tugas makalah dan diskusi kelompok)

Skor
Deskripsi
4
Mengerjakan tugas dengan baik, informasi yang diberikan akurat dengan pemahaman yang utuh, masalah diuraikan dan dijawab dengan urut, singkat, langsung ke masalah yang diminta. Dalam diskusi mampu mengemukakan pendapat secara spontan tanpa ditunjuk, argument tepat, kalimat yang dikemukakan tidak bertele – tele dan tuntas. Penguasaan materi sangat baik.
3
Mengerjakan tugas dengan baik, informasi yang diberikan akurat dengan pemahaman yang utuh, masalah diuraikan dan dijawab dengan urut, singkat, langsung ke masalah yang diminta. Dalam diskusi kurang mampu mengemukakan pendapat secara spontan, argument kurang tepat, kalimat yang dikemukakan agak bertele – tele dan tidak tuntas. Penguasaan materi kurang.
2
Mengerjakan tugas kurang baik, informasi yang diberikan kurang akurat dengan pemahaman yang lemah, masalah dijawab tetapi tidak langsung ke masalah.  Kalimat dikemukakan agak bertele – tele dan tidak jelas.
1
Mengerjakan tugas kurang baik, informasi yang diberikan kurang akurat dengan pemahaman yang lemah, masalah tidak dijawab dan kalimat dikemukakan agak bertele – tele dan tidak jelas.

Tujuan Menggunakan Rubrik
Tujuan menggunakan rubrik adalah untuk memberikan umpan balik tentang kemajuan kerja siswa dan memberikan evaluasi yang rinci mengenai produk akhir.
Banyak ahli pendidikan percaya bahwa rubrik meningkatkan hasil akhir siswa dan oleh karena itu dapat meningkatkan belajarnya. Ketika para guru menilai makalah atau proyek dengan menggunakan rubrik, mereka dapat melihat dengan jelas dan juga mengukur kualitas produk siswa. Kalau para siswa sudah menerima rubrik sebelum memulai tugas, mereka memahami bagaimana kinerja mereka akan dievaluasi, dan mereka dapat menyiapkan untuk itu. Dengan mengembangkan kisi-kisi dan memberikannya kepada para siswa, guru memberikan panduan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas kerja mereka dan meningkatkan pengetahuan mereka. Sekali rubrik sudah dibuat, rubrik dapat digunakan untuk berbagai kegiatan. Rubrik tersebut dapat diubah sedikit dan digunakan untuk berbagai kegiatan berikutnya. Hal yang berubah adalah kompetensi siswa dan strategi pembelajaran guru. Oleh karena itu, guru tidak perlu membuat rubrik baru untuk setiap kegiatan.
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh bila guru menggunakan rubrik, diantaranya:
·         Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memberikan focus, penekanan dan perhatian pada rincian tertentu sebagai model untuk siswa.
·         Siswa mempunyai pedoman yang jelas mengenai apa yang diharapkan guru.
·         Siswa dapat menggunakan rubrik sebagai alat untuk mengembangkan kemampuannya.
·         Guru dapat menggunakan kembali rubrik tersebut untuk berbagai kegiatan berikutnya yang sejenis.

3.      Cara Penilaian (Scoring Guide)
Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu
a.      Holistic Scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi
b.      Analytic Scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi
c.       Primary Traits Scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi.

1.4.   Kriteria Penilaian Assesment Kinerja
Untuk mengetahui apakah penilaian kinerja (performance assessment) dapat dianggap berkualitas atau tidak, terdapat tujuh kriteria yang perlu diperhatikan oleh evaluator. Ketujuh kriteria ini sebagaimana diungkap oleh Popham (1995) yaitu:
1.      Generability : apakah kinerja peserta tes (students performance) dalam melakukan tugas yang diberikan tersebut sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain? Semakin dapat digeneralisasikan tugas-tugas yang diberikan dalam rangka penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) tersebut, dalam artian semakin dapat dibandingkan dengan tugas yang lainnya maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam kondisi bila peserta tes diberikan tugas-tugas dalam penilaian keterampilan (performance assessment) yang berlainan.
2.      Authenticity: apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari?
3.      Multiple foci: apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari satu kemampuan-kemampuan yang diinginkan (more than one instructional outcomes)?
4.      Teachability: apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas? Jadi tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang dapat diajarkan guru di dalam kelas.
5.      Fairness: apakah tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta tes. Jadi tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan tidak ”bias” untuk semua kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama, atau status sosial ekonomi.
6.      Feasibility: apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan (tempat), waktu, atau peralatannya?
7.      Scorability: apakah tugas yang diberikan nanti dapat diskor dengan akurat dan reliabel? Karena memang salah satu yang sensitif dari penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) adalah penskorannya.


FORMAT PENSKORAN
ASSESMENT KINERJA

IDENTITAS MAHASISWA
Nama Siswa                     :
No Absen                        :
Kelas                                :

TUGAS YANG DIBERIKAN
Judul Tugas                     :
Tugas ke                          :
Tgl/jangka waktu tugas   :
No
Standar
Skor/Skala
1.
Penggunann pengembangan rancangan penelitian yang tepat
      1      2      3      4
2.
Pemilihan instrument yang tepat diperlukan untuk mengumpulkan data
     1      2      3      4
3.
Metode pengumpulan data yang digunakan
     1      2      3      4
4.
Analisis data yang dilakukan
     1      2      3      4
5.
Kerapian penulisan laporan penelitian
     1      2      3      4
6.
Cara penyampaian laporan secara lisan
     1      2      3      4




Holistik Rubrik
RUBRIK
Nama Siswa                  :                     
Kelas                              :
No. absen                      :
Mata Pelajaran             :
Materi                            : (Tugas makalah dan diskusi kelompok)
Skor
Deskripsi
4
Mengerjakan tugas dengan baik, informasi yang diberikan akurat dengan pemahaman yang utuh, masalah diuraikan dan dijawab dengan urut, singkat, langsung ke masalah yang diminta. Dalam diskusi mampu mengemukakan pendapat secara spontan tanpa ditunjuk, argument tepat, kalimat yang dikemukakan tidak bertele – tele dan tuntas. Penguasaan materi sangat baik.
3
Mengerjakan tugas dengan baik, informasi yang diberikan akurat dengan pemahaman yang utuh, masalah diuraikan dan dijawab dengan urut, singkat, langsung ke masalah yang diminta. Dalam diskusi kurang mampu mengemukakan pendapat secara spontan, argument kurang tepat, kalimat yang dikemukakan agak bertele – tele dan tidak tuntas. Penguasaan materi kurang.
2
Mengerjakan tugas kurang baik, informasi yang diberikan kurang akurat dengan pemahaman yang lemah, masalah dijawab tetapi tidak langsung ke masalah.  Kalimat dikemukakan agak bertele – tele dan tidak jelas.
1
Mengerjakan tugas kurang baik, informasi yang diberikan kurang akurat dengan pemahaman yang lemah, masalah tidak dijawab dan kalimat dikemukakan agak bertele – tele dan tidak jelas.

Asesmen Portofolio


2.1    Sejarah Perkembangan Asesmen Portofolio
Menurut sejarahnya, portofolio pertama kali digunakan pada dunia seni, merujuk pada kumpulan karya seorang seniman secara kronologis yang merupakan cerminan perkembangan berkeseniannya. Dalam bidang pendidikan, portofolio pertamakali digunakan dalam pendidikan
seni. Selanjutnya portofolio berkembang ke bidang pendidikan bahasa, matematika dan sains, dan ilmu-ilmu sosial. Dalam bidang pendidikan bahasa, portofolio banyak digunakan sebagai bahan penilaian kemampuan membaca dan menulis.
Dalam kurun waktu dua dekade terakhir ini, asesmen portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan, utamanya di negara-negara berkembang. Keberadaannya menjadi semakin penting karena adanya perubahan-perubahan dalam cara memandang bagaimana mestinya penilaian perkembangan belajar dilakukan, sejalan dengan pandangan bahwa individu belajar bersifat holistik sekaligus individual. Kini, asesmen portofolio digunakan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Universitas Tokyo adalah salah satu perguruan tinggi pertama yang menggunakan portofolio sebagai bahan pertimbangan penerimaan mahasiswa baru. Di negara-negara maju, asesmen portofolio telah lama digunakan untuk menilai perkembangan profesional seorang calon guru (teacher education). Di Amerika Serikat bahkan beberapa distrik dan negara bagian telah menggunakan asesmen portofolio secara formal, seperti di San Diego dan Vermont. Di Indonesia, wacana tentang asesmen portofolio banyak terdengar sejak lahirnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dimana asesmen portofolio merupakan salahsatu pendekatan asesmen yang paling komprehensif yang digunakan.

2.2    Pengertian Portofolio
Istilah portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik portofolio itu adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test), dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), ketrampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif).
Hermana dalam Ine Kusuma Ariyani mengemukakan bahwa portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur, maka portofolio sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa serta memberikan gambaran mengenai sikap dan minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan. Diungkapkan oleh Dasim Budimansyah kata kunci dari portofolio adalah hasil karya terpilih siswa. Maknanya adalah bahwa yang harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu yang ditemukan para siswa dari topik mereka harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaik tentang bahan-bahan mana yang paling penting. Oleh karena itu, portofolio bukanlah kumpulan bahan yang tidak memperlihatkan signifikasi sama sekali. Yang demikian bukanlah portofolio, tetapi hanya kumpulan bahan-bahan lepas yang tidak tampak validiatasnya. Portofolio dengan demikian bukan keranjang sampah (garbage collector).Portofolio menyimpan sejumlah informasi tentang diri siswa secara lengkap dan menyeluruh termasuk kenerja siswa. Dokumen ini dicatat secara sistematis yang bersifat relatif, sehingga merupakan metode utama yang profesional dalam melihat ketrampilan dan prestasi belajarsiswa. Secara substansial portofolio siswa dapat dilihat sebagai gambaran dari hasil- hasil tulisan, interpretasi, maupun aktifitasnya di dalam kelas atau di luar kelas.  Dalam pengertian lain, penilaian dengan portofolio dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(1)   portofolio dalam bacaan (portofolio in reading) dan
(2)   portofolio dalam tulisan (portofolio in writing)
Ada satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa portofolio tidak hanya merupakan satu alat untuk menyimpan data yang autentik guna penilaian, lebih dari itu portofolio merupakan suatu metode pendekatan model penilaian dan pengajaran.Portofolio bukan merupakan sesuatu yang baru atau konsep yang tidak berarti, karena menggunakan portofolio sangat ditentukan oleh siapa yang melakukannya dan apa harapan atau tujuannya. Sejumlah bukti fisik tentang kemajuan belajar siswa terdapat didalamnya, sehingga portofolio bagi guru merupakan investasi berharga tentang kinerja siswa dalam semua peristiwa yang pernah terjadi dan dialami oleh siswa. Koleksi ini menunjukkan cakupan partisipasi mereka dalam menyeleksi bahan kajian belajar, penentuan kriteria bahan yang bermanfaat dan buktibukti dari refleksi mereka sendiri. Pengertian portofolio berarti mengandung proses mengoleksi, menyeleksi, dan merefleksi.
Johston dalam Johar Permana. Kumpulan bukti-bukti tersebut dapat dikatakan portofolio bila sudah dirancang secara berencana dan disengaja melalui pengalaman langsung siswanya. Dengan kata lain, bahwa portofolio dapat dikatakan sebagai prosedur penilaian hasil belajar melalui pengalaman, yang dikenal dengan istilah hasil belajar melalui pengalaman atau “HBMP” (assesssment of experiential learning). Maka portofolio identik dengan berita acara tentang kemajuan belajar siswa.

2.3    Prinsip Asesmen Portofolio
Berbeda dengan penilaian lainnya, keterlibatan peserta didik dalam penilaian portofolio merupakan sesuatu yang harus dikerjakan. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio, diantaranya adalah:
(a)    Saling percaya,
(b)    Kerahasiaan bersama,
(c)    Milik bersama,
(d)   Kepuasan dan kesesuaian,
(e)    Penciptaan budaya mengajar,
(f)    Refleksi bersama,
(g)   Proses dan hasil.

2.4    Karakteristik Asesmen Portofolio
Menurut Mac Isaac dan Jacson, terdapat lima karakteristik asesmen portofoliuo, yaitu: struktur, dokumentasi, pencatatan, kolaborasi, dan catatan reflektif. Struktur membantu siswa dalam menentukan jenis fakta-fakta yang dilibatkan. Dokumentasi hasil belajar adalah untuk menggambarkan evolusi dari belajar. Pencatatan secara selektif hasil ulangan dan prestasi selama pengujian. Kolaborasi dengan orang lain, merupakan proses latihan dan kerjasama. Catatan reflektif adanya catatan setiap bagian fakta disertai dengan suatu penjelasan.



v Menurut pendapat Faichmey, Eddy M. Hidayat dan Maryani, karakteristik portofolio adalah:
(1)   Menggambarkan perkembangan kemajuan anak dalam satu bidang secara lebih komprehensif,
(2)   Memberi kesempatan bagi anak untuk memilih dan melakukan “self evaluation”,
(3)   Sebagai bukti autentik yang menggambarkan kemampu an belajar anak,
(4)   Meningkatkan refleksi diri dan penilaian diri siswa,
(5)   Sebagai alat dalam proses belajar mengajar yang menjebatani dan memudahkan dialog antara guru dan siswa.
v Asmawi Zainul dan Agus Mulyana, berpendapat, karakteristik asesmen portofolio, adalah
(1)   Asesmen yang menuntut ditunjukkan hasil kerja sama antara guru dan siswa,
(2)   Asesmen portofolio tidak sekedar kumpulan hasil karya siswa tetapi yang terpenting adalah adanya proses seleksi yang didasarkan kriteria,
(3)   Asesmen portofolio mengumpulkan hasil karya siswa dari waktu ke waktu. Koleksi karya tersebut digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi sehingga dalam prosesnya asesmen portofolio merupakan suatu asesmen diri yang memungkinkan siswa dapat mengenal kekuatan dan kelemahan sendiri. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat digunakan sebagai tujuan proses pembelajaran berikutnya,
(4)   Kriteria penilaian hasil karya harus jelas baik bagi guru siswa, dan diterapkan secara konnsisten.

2.5    Hakikat Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio adalah suatu prosedur pengumpulan informasi mengenai perkembangan dan kemampuan siswa melalui portofolionya, dimana pengumpulan informasi tersebut dilakukan secara formal dengan menggunakan kriteria tertentu, untuk tujuan pengambilan keputusan terhadap status siswa.
Dalam suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh elemen pokok, yaitu
(1)   Adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah,
(2)   Kualitas hasil (outcome),
(3)   Bukti-bukti otentik yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber,
(4)   Kerjasama siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru,
(5)   Penilaian yang integratif dan dinamis karena mencakup multidimensi,
(6)   Adanya kepemilikan (ownership) melalui refleksi diri dan evaluasi diri,
(7)   Perpaduan asesmen dengan pembelajaran.
Salah satu alasan asesmen portofolio digunakan dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah karena adanya ketidak puasan terhadap penggunaan tes-tes baku yang dianggap tidak mampu menampilkan kemampuan siswa secara menyeluruh. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tes baku adalah tes-tes yang secara tradisional digunakan untuk mengukur perkembangan belajar. Tes-tes tersebut kebanyakan berbentuk tes objektif dimana hanya ada satu pilihan jawaban yang benar. Tes-tes tersebut dikembangkan dalam format pilihan ganda, satu butir tes disediakan tiga hingga lima kemungkinan jawaban. Sebelum digunakan, tes-tes tersebut distandarisasi terlebih dahulu. Dalam perkembangan berikutnya, tes-tes di kelas pun, yang sifatnya formatif, juga menggunakan bentuk-bentuk tes baku tersebut.

2.6              Ciri-ciri dari Asesmen Portofolio dan Tes Baku  
De Fina, merangkum ciri-ciri dari asesmen portofolio dan tes baku sebagai berikut.
No
ASESMEN PORTOFOLIO
TES BAKU
1
Terjadi pada situasi alamiah
Situasi ujian, tidak alamiah
2
Memberi kesempatan siswa menunjukkan kelebihan maupun kelemahannya
Menunjukkan kelemahan siswa dalam suatu hal tertentu
3
Informasinya bersifat langsung, pada saat itu (hands-on)
Tidak memberikan informasi diagnostik
4
Asesmen dapat dilakukan bersama-sama antara guru, orangtua, dan bahkan siswa
Menunjukkan ranking
5
Bersifat terus-menerus (ongoing), sehingga memberikan kesempatan beragam untuk dilakukan asesmen
Kesempatan hanya sekali untuk mengases kemampuan dalam suatu hal tertentu
6
Mengases hal-hal secara realistis dan bermakna
Mengases hal-hal secara artificial, tidak sesuai dengan keseharian yang ada
7
Memberi kesempatan siswa melakukan refleksi terhadap karya dan pengetahuannya
Mengharapkan hanya satu respons yang benar
8
Memberi kesempatan refleksi bagi orang lain yang berkepentingan, mengenai pengetahuan siswa dan karya-karyanya
Memberikan data-data numeric yang kadangkala menakutkan dan secara esensial tidak bermakna
9
Mendorong temu wicara (conference) antara guru dan siswa
Mengharuskan pertemuan antara guru dengan administrator
10
Menempatkan siswa sebagai pusat proses pendidikan karena gambaran keadaannya berguna untuk perbaikan kurikulum dan pembelajaran
Mendukung kurikulum sebagai pusat proses pendidikan
Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa asesmen portofolio menunjukkan beberapa kelebihan yang tidak diperoleh dari tes objektif, yaitu seperti adanya penilaian yang berkelanjutan, menghargai siswa sebagai individu dengan keunikan masing-masing, dan adanya pengembangan metakognisi melalui refleksi dan evaluasi diri.
Kemp dan Toperoff, mengatakan dengan kelebihan-kelebihan ini portofolio dapat memacu keterlibatan (involvement) dalam belajar, meningkatkan motivasi, dan prestasi.
Asesmen portofolio mengandung tiga elemen penting yaitu:

1.    Sampel Karya Siswa
Sampel karya siswa menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun preferensi siswa. Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensisonal yang hanya menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan. .
Wyaatt III dan Looper, mengatakan ada tiga jenis portofolio berdasarkan teknik penyusunannya yaitu portofolio karya terbaik, portofolio perkembangan, dan portofolio berdasarkan topik.
Portofolio karya terbaik adalah portofolio mengenai karya-karya terbaik yang dihasilkan oleh siswa. Mengingat portofolio bersifat kolaboratif sekaligus individual, pemilihan karya terbaik dilakukan siswa bersama dengan temannya (peer evaluation) maupun guru (dalam student-teacher conferences). Dalam konferensi dengan siswa, guru biasanya menanyakan kenapa dia memilih karya tersebut sebagi karya terbaiknya. Refleksi ini dapat pula dilakukan secara tertulis
.
2.    Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio
Evaluasi diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses belajar siswa, dimana informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan dan proses belajar yang berkelanjutan. Dalam asesmen portofolio, evaluasi diri merupakan komponen yang sangat penting.
O’Malley dan Valdez Pierce, mengatakan bahwa ‘self-assessment is the key to portfolio’. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri siswa dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri siswa dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian siswa lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya.Refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership) siswa terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa akan mengerti bahwa apa yang dilakukannya dan dihasilkannya melalui proses belajar tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.
Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi evaluasi diri dalam proses belajar.



Model evaluasi diri mereka menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri performansinya, kegiatan ini mendorong siswa untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goals). Untuk itu, siswa harus melakukan usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri (self-judgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, ‘Apakah tujuanku telah tercapai’? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti ‘Apa yang aku rasakan dari prestasi ini?’
Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu untuk membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan self-reaction dalam model di atas.
Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar siswa dilatih untuk melakukannya.
Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu:
(1)   Libatkan semua siswa dalam menentukan kriteria penilaian,
(2)   Pastikan semua siswa tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya sendiri,
(3)   Berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan
(4)   Arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerjanya.

Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Siswa diajak untuk menetapkan kriteria penilaian. Curah pendapat (brainstorming) sangat tepat dilakukan. Guru sebaiknya menyiapkan terlebih dahulu rambu-rambu criteria penilaian tersebut agar diskusi bias berjalan lancer dan terarah. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat kegiatan/tugas yang dilakukan siswa tersebut dan bagaimana cara mencapainya. Langkah-langkah selanjutnya sudah jelas, dan guru sudah terbiasa melakukannya.

3.    Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka
Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi ‘rahasia’ guru atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada siswa secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan siswa, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Adanya kriteria penilaian terkait dengan tujuan pembelajaran. Dalam asesmen portofolio, yang mungkin ada adalah tujuan kelas dan individual. Karena itu, Salvia dan Ysseldyke mengatakan bahwa harus jelas tujuan dan ranah belajar yang hendak dicapai. McLaughin dan Voght (1996) mengatakan dengan asesmen portofolio dimungkinkan menetapkan lebih dari satu ranah secara bersama-sama dan multidimensi. yaitu asesmen pada proses maupun konstruk. Proses melibatkan siswa dan guru yang bekerja secara kolaboratif dalam membangun portofolio. Konstruk adalah folder, binder , atau pun kotak dimana bahan-bahan asesmen dikumpulkan.
Seperti telah dikemukakan di atas, asesmen portofolio bersifat komprehensif dimana berbagai karya siswa yang mencerminkan kinerja belajarnya dapat ditelusuri disana. Berbagai strategi asesmen dapat masuk kedalam porofolio siswa, seperti asesmen kinerja, esai, projek, maupun hasil tes objektif (bila masih dilakukan). Dengan kata lain, asesmen portofolio dapat merupakan kumpulan (koleksi) kinerja siswa dari berbagai cara pengumpulan data tentang prestasi belajar siswa. Namun, cara-cara asesmen tersebut dapat pula dilakukan secara sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan.

2.7    Model Asesmen Portofolio
Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh Moya dan O’Malley, Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan dengan tiga komponen pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis dan Pelaporan.
1      Perencanaan
(1)   Menentukan tujuan dan fokus (standar kompetensi, kompetensi dasar, kriteria keberhasilan)
(2)   Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen.
(3)   Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis.
(4)   Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu berupa pemberian umpan balik.
(5)   Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui reliabilitas informasi dan validitas penilaian.
2      Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran)
(1)   Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada siswa.
(2)   Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya.
(3)   Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal.
(4)   Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri)
(5)   Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri

3      Analisis dan pelaporan
(1)   Mengumpulkan folder
(2)   Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi
(3)   Memadukan berbagai informasi yang ada
(4)   Menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati
(5)   Melaporkan hasil asesmen

2.8    Fungsi Asesmen Portofolio
Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik, tetapi merupakan sumber informasi untuk guru dan peserta didik. Portofolio berfungsi untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik dan kemampuan dalam mata pelajaran tertentu, serta pertumbuhan kemampuan peserta didik.  Hal ini nampak pada ciri-ciri portofolio yaitu:
(1)   Disusun oleh siswa, artinya semua berkas hasil kerja / karya siswa didokumentasikan siswa itu sendiri,
(2)   Portofolio memberikan secara rinci latar pengalaman hasil belajar yang jelas sehingga tidak diperlukan lagi informasi tambahan,
(3)   Portofolio disusun terdiri dari:
(a)    Biodata,
(b)   Paparan umum mengenai persepsi siswa tentang tujuan belajar yang ingin dicapainya, serta upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,
(c)    Rincian kronologi proses pengalaman belajar atau kinerja yang telah dilaluinya,
(d)   Rincian pengalaman belajar (kinerja) yang secara eksplisit dikaitkan dengan butir-butir HPMB yang telah diperoleh, baik yang bersifat konseptual maupun terapan,
(e)    Lampiran bukti-bukti yang relevan.

Dopham, Ross dan Faichney, mengemukakan lebih rinci tentang ciri-ciri portofolio yaitu:
(1)   Ada keterlibatan langsung hasil kerja/karya siswa secara nyata,
(2)   Mengumpulkan beberapa hasil kerja/karya yang terbaik,
(3)   Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa,
(4)   Memilih kriteria untuk menilai portofolio hasil kerja siswa,
(5)   Mengharuskan siswa untuk menilai sirinya sendiri secara terus menerus berdasarkan hasil portofolionya,
(6)   Menentukan waktu untuk membahas portofolio,
(7)   Melibatkan orang tua dalam proses penilaian portofolio.

Dari uraian tersebut Nampak tiga hal yang menjadi ciri utama portofolio yaitu:
(1)     Adanya nilai kejujuran yang dimiliki oleh siswa dalam menentukan sesuatu yang terbaik,
(2)     Terdapat alokasi waktu yang jelas dan manusiawi,
(3)     Menjadikan penghubung yang sangat berarti bagi guru, siswa dan orang tua/masyarakat.
Dalam penilaian portofolio, mengharuskan peserta didik untuk mengkoleksi dan menunjukkan hasil kerja mereka. Karena itu portofolio dapat dijadikan sebagai salah satu alat penilaian autentik (authentic assessment). Asesmen autentik sebagai salah satu hasil dari pendekatan dari asesmen dapat dijadikan alternatif solusi dalam menilai perkembangan belajar siswa secara lebih komprehensif dan objektif mengingat asesmen autentik yang lebih menekankan pada pengembangan alat asesmen yang lebih secara akurat mencerminkan dan mengukur apa yang kita nilai dalam pendidikan.

2.9    Tujuan dan Manfaat Asesmen Portofolio
Tujuan digunakannya portofolio dalam proses penilaian adalah untuk mengumpulkan informasi secara apa adanya tentang hasil belajar siswa, pengetahuan, dan sikapnya secara nyata.
Dikemukakan pula oleh Ross, bahwa portofolio bertujuan mendokumentasikan berkas-berkas bukti kemajuan belajar secara lengkap.
Nitko, mengungkapkan bahwa portofolio bertujuan untuk mengkoleksi bukti perkembangan dari kemajuan belajar siswa sebagai bahan untuk memberikan konstribusi terhadap penilaian yang sesungguhnya.
Pendapat dan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa portofolio digunakan dengan tujuan untuk mendokumentasikan berkas-berkas pada proses dan hasil belajar siswa atau merupakan berkas-berkas hasil kerja/hasil karya siswa secara nyata dan autentik dapat dijadikan sebagai dasar penilaian perkembangan dan kemajuan belajar siswa.
Manfaat yang dapat dirasakan sebagai dampak penggunaan portofolio dalam penilaian adalah:
(1)    Penilaian portofolio dapat memberikan gambaran yang utuh tentang perkembangan kemampuan siswa. Artinya melalui penilaian portofolio, informasi yang didapatkan bukan hanya sekedar pengetahuan saja, akan tetapi juga sikap dan ketrampilan,
(2)    Penilaian portofolio merupakan penilaian autentik, artinya penilaian portofolio memberikan gambaran nyata tentang kemampuan siswa yang sesungguhnya.
Mengapa demikian? Karena portofolio adalah dokumen asli yang berisi tentang ekumpulan karya siswa. Melalui dokumen itulah tergambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya,
(3)    Penilaian portofolio merupakan teknik penilaian yang dapat mendorong siswa pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempurna, siswa dapat belajar optimal, merasa tertekan. Hal ini dimungkinkan disebabkan penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus. Setiap hasil kerja siswa dimonitor dan diberi komentar,
(4)    Penilaian portofolio dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, oleh sebab itu respon siswa dalam proses pembelajaran diberikan reinforcement, dengan demikian siswa akan segera mengetahui kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang dilakukannya,
(5)    Penilaian portofolio dapat mendorong para orang tua siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini disebabkan setiap perkembangan siswa yang digambarkan melalui hasil kerja siswa, orang tua dimintai komentarnya.

Maka nampak jelas, bahwa asesmen portofolio adalah salah satu teknik menilai proses belajar yang mempertimbangkan variasi aspek kemampuan individual berdasarkan kumpulan bukti karya, usaha dan kemampuan siswa selama proses belajar berlangsung, sehingga diperoleh penilaian proses belajar sebagai hasil akhirnya, bukan sekedar penilaian hasil belajar yang cenderung menekankan kemampuan kognitif atau afektif semata.

2.10 Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Portofolio
Belajar merupakan proses yang panjang, untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman (banyak membaca, banyak merenungkan, banyak komunikasi, memecahkan banyak masalah, dan sebagainya). Pembentukan gambar tentang kompetensi siswa juga memerlukan berbagai instrumen penilaian. Portofolio yang berisi koleksi produk siswa, dan laporan proses yang dilalui oleh siswa, yang meliputi rentang waktu yang panjang, dapat memberikan gambaran yang relative lengkap tentang perkembangan dan kompetensi siswa yang bersangkutan.

1      Keunggulan Asesmen Portofolio Adalah:
v  Wina Sanjaya, mengemukakan keunggulan penggunaan portofolio dalam penilaian, adalah
(1)   Penilaian portofolio dapat menilai kemampuan siswa secara menyeluruh,
(2)   Penilaian porotfolio dapat menjamin akuntabilitas,
(3)   Penilaian portofolio merupakan penilaian yang bersifat individual,
(4)   Penilaian portofolio merupakan penilaian yang terbuka,
(5)   Penilaian portofolio bersifat self evaluation.

v  Gronlund, berpendapat, portofolio memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut:
(1)   Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas,
(2)   Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar,
(3)   Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain,
(4)   Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik,
(5)   Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum),
(6)   Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.


2      Kelemahan dari Asesmen portofolio adalah:
(1)   Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa tulis Indonesia, penggunaan portofolio akan merupakan beban tambahan yang memberatkan sebagian besar siswa,
(2)   Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu dari guru untuk melakukan penskoran, alagi kalau kelasnya besar.
Kelemahan lain penggunaan asesmen portofolio adalah:
(1)   Memerlu kan waktu dan kerja keras bagi guru dibandingkan penilaian lain,
(2)   Penilaiaan portofolio memerlukan perubahan cara pandang baik dari guru itu sendiri, dari masyarakat termasuk perubahan cara pandang orang tua,
(3)   Penilaian portofolio memerlukan perubahan gaya belajar,
(4)   Penialaian portofolio memerlukan perubahan sistem pembelajaran.

Perbedaan tes dan Asesmen Portofolio Sebagian orang mempertanyakan mengapa harus digunakan penilaian portofolio. Apakah tidak cukup hanya dengan menggunakan tes?. Ada beberapa perbedaan esensial antara portofolio dengan tes. Penilaian portofolio memiliki kelebihan dalam beberapa hal, terutama lebih objektif dilihat dari hasil kerja peserta didik yang sesungguhnya, lebih terbuka dimana peserta didik ikut serta menilai pekerjaan yang dilakukannya, dan secara langsung berhubungan dengan proses kegiatan pembelajaran.

Perbedaan antara penilaian portofolio dan tes sebagai alat evaluasi, secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
Tes
Penilaian Portofolio
a.  Menilai peserta didik berdasarkan sejumlah tugas yang terbatas
a.     Menilai peserta didik berdasarkan seluruh tugas dan hasil kerja yang berkaitan dengan kinerja yang dinilai.

b.     Menilai hanya guru, berdasarkan masukan yang terbatas.

b.     Peserta didik turut serta dalam menilai kemajuan yang dicapai dalam penyelesaian berbagai tugas, dan perkembangan yang berlangsung selama proses pembelajaran.

c.     Menilai semua peserta didik dengan menggunakan satu kreteria.

c.     Menilai setiap peserta didik berdasarkan pencapaian masingmasing, dengan mempertimbangkan juga factor perbedaan individual.

d.    Proses penilaian tidak kolaboratif

d.    Mewujudkan proses penilaian yang  (tidak ada kerja sama, terutama antara guru, peserta didik, dan orang tua).

e.     Penilaian diri oleh peserta didk bukan merupakan suatu tujuan.

e.     Peserta ndidik menilai dirinya sendiri menjadi suatu tujuan.

f.      Yang mendapat perhatian dalam penilaian hanya pencapaian.

f.      Yang mendapat perhatian dalam penilaian meliputi kemajuan, usaha dan pencapaian.

g.     Terpisah antara kegiatan pembelajaran, testing dan pengajaran. kolaboratif.

g.     Terkait erat kegiatan penilaian, pengajaran, dan pembelajaran







Menurut Asmawi Zainul dan Agus Mulyana, perbedaan antara asesmen portofolio dengan tes baku dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Perbedaan Asesmen Portofolio dan Tes Baku
Portofolio
Tes
v  Menyajikan kembali serangkaian kemampuan siswa yang terdapat dalam kemampuan membaca dan menulis

v  Menilai siswa dalam seperangkat tugas-tugas membaca dan menulis yang kemungkinan kedua tugas tersebut tidak saling berhubungan.
v  Mengikat siswa dalam penilaian kemajuan atau prestasi dan kestabilan untuk mencapai tujuan pembelajaran

v  Skor yang di dapat oleh siswa secara mekanik diperoleh oleh guru yang memiliki input sedikit.
v  Mengukur masingmasing prestasi siswa yang dapat membedakan kemampuan individu dari seluruh siswa
v  Mengukur seluruh siswa dengan dimensi yang sama.

v  Menyajikan kembali suatu pendekatan kolaboratif dalam asesmen
v  Proses penilaian tidak kolaboratif.

v  Memiliki suatu tujuan mengukur siswa oleh dirinya sendiri

v  Penilaian diri sendiri oleh siswa tidak menjadi suatu tujuan.

v  Menempatkan adanya peningkatan , usaha dan hasil.
v   Hanya menempatkan hasil saja.

v  Asesmen, pengajaran dan pembelajaran saling berhubungan

v  Pembelajaran, tes, dan pengajaran ada pemisahan.